Stasiun televisi Australia, Channel 7, dikecam publik usai menayangkan episode perdana program bertajuk What Really Happens in Bali pada Selasa 3 Juni 2014. Tayangan tersebut menampilkan kisah seorang pria Australia, Todd Gisondi, yang mengaku telah tidur dengan lebih dari 100 perempuan saat baru tinggal di Pulau Bali selama empat bulan.
Dilansir dari laman News Corporated, Gisondi awalnya tinggal di Newcastle, negara bagian New South Wales, Australia. Kemudian, dia memutuskan tinggal di Bali empat bulan lalu.
Dia melabeli diri sebagai playboy dan bangga apabila bisa meniduri tiga perempuan dalam satu malam. Dalam episode yang ditayangkan pada Selasa kemarin, terlihat Gisondi baru saja menerima surat elektronik dari sang Ibu.
Alih-alih mengecam tindakan putranya itu, sang Ibu malah menilai kelakuan anaknya wajar. Ibunya bahkan turut membuat iklan untuk mempromosikan putranya sebagai gigolo.
"Ibu saya tahu, apabila Toddie bosan, maka saya akan mencari perempuan atau menghamili seorang perempuan," kata Gisondi.
Adegan selanjutnya, terlihat Gisondi mendatangi satu rumah sakit di Bali untuk melakukan pengecekan penyakit seksual seperti HIV, herpes, atau sifilis. Dia kemudian menjelaskan aktivitas seksualnya kepada dokter.
Ketika ditanya dokter apakah dia menggunakan kondom saat berhubungan intim, Gisondi mengaku tidak pernah. "Mungkin sekali pernah, tapi kemudian saya lepaskan," ujar dia. Ajaibnya, menurut hasil medis, Gisondi tidak terinfeksi penyakit apa pun.
Dalam episode perdananya, acara yang dipandu komedian Corinne Grant, program itu ditonton oleh lebih dari satu juta orang.
Kendati meraih rating tinggi, namun program tersebut dikecam oleh banyak warga Australia. Mereka merasa prihatin dan kecewa akan perilaku warga mereka sendiri di Pulau Bali.
Kecaman
"Anda seharusnya malu, Channel 7. Saat saya berkunjung ke Bali, kami tidak bersikap begitu. Ini benar-benar program sampah! Bali adalah tempat yang indah dan warganya harus kita hormati," tulis Cathy Mitchell di akun Facebook mengomentari program itu.
Sementara warga Australia lainnya, Kylie Atkinson melalui akun Twitter-nya menulis, apabila ada program semacam itu, maka masalahnya tidak terletak di Pulau Bali.
"Permasalahan ada di kami, warga Australia, yang seharusnya perlu menghormati warga setempat dan bertindak dengan penuh tanggung jawab. Warga Bali merupakan penduduk yang ramah dan Bali adalah tempat yang indah," tulis Atkinson.
Bahkan, kritik turut disampaikan oleh editor harian Sydney Morning Herald, Anthony Dennis. Menurut dia, hanya dalam sekali tayang, Channel 7 dianggap sukses menampilkan karakter warga Australia yang hilang kendali di Bali. Mulai dari mabuk, bertindak tidak senonoh, dan mengkonsumsi narkoba.
"Untuk sebuah negara yang kerap menyatakan rasa cintanya untuk Bali, warga Australia memiliki cara yang unik untuk menunjukkannya," tulis Dennis.
Dia bahkan meminta warga Australia untuk berhenti menimpakan kesalahan ke Pulau Bali, apabila mereka dapat bertindak demikian. Otoritas pariwisata Indonesia, tulis Dennis, sebenarnya sudah kesal dengan perilaku warga Australia yang justru dapat mencemari citra positif Bali.
"Namun, warga Indonesia terlalu sopan untuk menunjukkan kemarahan mereka kepada publik. Tolong tunjukkan rasa hormat terhadap kebudayaan dan warga Bali yang unik," lanjut Dennis.
Warga Australia, tulis Dennis, seharusnya membantu menunjukkan hal itu, apabila Bali masih dinilai kurang sempurna sebagai tempat tujuan wisata. (ita)
Klik Arsip