10/03/14

Lengser dari wali kota, Risma pilih jadi guru SD timbang capres

Lengser dari wali kota, Risma pilih jadi guru SD timbang capres


Ditanya soal nyapres, Wali Kota Surabaya, Jawa Timur, Tri Rismaharini menjawab lebih tertarik jadi guru ketimbang jadi presiden. Sebab, menjadi guru bisa menanamkan nilai-nilai moral untuk masa depan generasi bangsa.
Hingga akhir masa jabatannya nanti sebagai Wali Kota Surabaya yang tuntas pada tahun 2015 mendatang, Risma mengaku ingin menjajaki karir baru sebagai guru, bukan presiden. Risma mengaku sangat tidak tertarik melanjutkan karirnya di pemerintahan, apalagi mencalonkan diri sebagai presiden atau calon wakil presiden.


"Di mana (mengajar) saja, bisa SD, SMP, SMA atau Perguruan Tinggi, tapi kayaknya saya lebih tertarik mengajar anak-anak SD. Saya akan menuntaskan jabatan saya yang sekarang, hingga berakhir tahun depan, setelah itu baru saya akan mengajar di sekolah SD," kata Risma saat berbincang santai dengan wartawan di ruang kerjanya, Jumat (7/3).


Ketertarikan wali kota kelahiran Kediri itu mengajar anak-anak SD, karena jenjang di sekolah dasar, adalah masa yang paling tepat menanamkan nilai-nilai moral dan agama kepada anak-anak. "Penanaman nilai moral dan agama itu sangat penting, agar manusia tidak hanya pintar tapi juga bermoral," ucapnya.
Yah, meski tidak mengucapkannya secara lisan, ketertarikan Risma mengajar anak SD ini, tergerak saat dia melihat ada banyak anak-anak di Surabaya, yang menjadi pelanggan PSK yang berumur 60 tahunan.


Kesedihan dia melihat kondisi miris itu, kerap diceritakan dalam beberapa kesempatan terkait penutupan lokalisasi Gang Dolly dan Jarak. Bahkan, hal itu juga sempat diutarakannya ketika dia menjadi nara sumber di salah satu stasiun televisi nasional.
Bagi Risma, menjadi guru bukan berarti tidak berbuat untuk bangsa dan negaranya. Justru guru menjadi garda depan bagi perubahan yang lebih baik. Negara akan hancur, jika dihuni generasi-generasi tanpa moral dan agama.
"Untuk berbuat baik, tidak harus menjadi pemimpin, atau presiden. Menjadi apa-pun, asal tidak menyalahi aturan dan hukum, kita bisa berbuat baik untuk negara ini, termasuk menjadi seorang guru," papar dia.


Alumnus Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS) ini juga mengaku miris melihat kenyataan yang terpampang di kotanya (Surabaya). Dia menyaksikan, banyak anak-anak putus sekolah.
Kondisi ini, kata mantan Kepala Dinas Pertamanan itu, dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, seperti masalah ekonomi, lingkungan, sosial, dan sebagainya. Tingkat kriminalitas pun bertambah.
"Seperti kasus mucikari anak sekolah yang sempat ditangani Polrestabes Surabaya beberapa waktu lalu, ini semua dilatarbelakangi masalah ekonomi dan lingkungan sosialnya."
Untuk itulah, Risma menandaskan pentingnya pendidikan moral dan agama sejak dini bagi anak-anak sekolah, agar memiliki pondasi yang kuat menghadapi segala macam persoalan hidup.


Harus diakui, di bawah kepemimpinan Risma, Kota Surabaya menjadi lebih baik. Satu persatu, persoalan sosial yang membayangi Kota Pahlawan ini mulai terkikis. Salah satunya adalah penutupan tempat lokalisasi yang tersebar di beberapa tempat di Surabaya, termasuk rencana penutupan Gang Dolly dan Jarak, yang diwacanakan tutup sebelum Bulan Ramadan tahun ini.
"Ini adalah amanah dan tanggung jawab saya sebagai wali kota Surabaya. Makanya saya ingin mengajak semua elemen masyarakat untuk ikut serta melakukan penutupan tempat lokalisasi ini," kata Risma saat sosialisasi penutupan Gang Dolly dan Jarak di Polrestabes Surabaya beberapa waktu lalu.(merdeka/8/3/14)




-Media Baca Hiburan Online-

Terkini