23/02/14

Krisis diprediksi kembali terjadi pada 2016

Krisis diprediksi kembali terjadi pada 2016


Rentang waktu siklus krisis ekonomi dinilai semakin singkat dan pendek. Krisis ekonomi yang lebih buruk diperkirakan bakal kembali datang pada 2016.

Ketua Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas), Sigit Pramono melihat situasi krisis di setiap periodenya menunjukkan karakter yang berbeda baik secara ekonomi maupun sosial.

"Sekarang ini kita hidup di era krisis yang semakin sering dan interval dari satu krisis ke krisis lainnya semakin pendek. Ada siklus 20 tahunan, 10 tahunan dan siklus dua atau tiga tahunan, di mana saat ini kita sedang mengalami situasi seperti itu," ujarnya saat acara "Bagaimana Indonesia Mampu Selamat Dari Krisis Ekonomi 2008', di Ibis Budget Hotel, Jakarta, Jumat (21/2).

Menurutnya, krisis 1998 berbeda dengan krisis 2008, di mana krisis 1998 sangat kasat mata lantaran krisis ekonomi dibarengi krisis politik sehingga memicu keresahan sosial.

Sementara, krisis di 2008 tidak dirasakan masyarakat secara umum. "Padahal pada 2008 terjadi krisis karena Rupiah tertekan, likuiditas perbankan ketat dan sebagian besar indikator makro ekonomi melemah," jelas dia.

Begitu juga dengan krisis 2013 karena Rupiah tertekan hingga di atas Rp 12.000 per USD, suku bunga bank melonjak dan bank juga kesulitan likuiditas. "Apakah krisis ini dirasakan masyarakat secara umum? Ini tidak dirasakan secara langsung seperti di 1997-1998," ungkapnya.

Dia berucap, krisis ekonomi tahun lalu sangat dirasakan langsung oleh regulator, pemerintah, pelaku usaha dan bankir. "Krisis di 2013 persis mirip krisis pada 2008 lalu. Krisis yang terjadi di negeri kita ini dipengaruhi faktor dari luar. Baik krisis 2013 dan 2008 hanya satu dimensi, tetapi kalau krisis 1998 multidimensi krisis ekonomi, politik dan sosial," ujar dia.

Untuk itu, dia menilai seiring bergulirnya waktu, krisis akan semakin singkat dan pendek, sehingga dipastikan pasca krisis di 2013 berpotensi menciptakan krisis lanjutan di 2016.

"Pengaruh eksternal maupun dalam negeri masih akan mempengaruhi perekonomian Indonesia," tutupnya.

Terkini