Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia, Franky Sibarani, mengapresiasi jawaban capres nomor urut dua Joko Widodo terkait peran Indonesia di World Trade Organization (WTO) dalam acara "Debat Capres" ketiga pada Minggu malam, 22 Juni 2014.
"Indonesia tidak mungkin lagi mundur dari WTO, sehingga tepat sekali Pak Joko Widodo mengatakan kita akan mendapat manfaat dari WTO asal daya saing produk Indonesia cukup tinggi. WTO memungkinkan produk Indonesia ke pasar global," kata Franky dalam keterangan tertulisnya.
Franky mengatakan, posisi Joko Widodo terhadap WTO, seperti yang disampaikan dalam debat capres, meyakinkan pengusaha bahwa yang bersangkutan akan mampu membawa Indonesia bersaing dalam perdagangan dunia.
Dia menambahkan, Indonesia saat ini memasuki berbagai kerja sama perdagangan, baik global, regional maupun bilateral. Jawaban Jokowi yang memfokuskan peningkatan daya saing diyakini dapat mengarahkan fokus pemerintah untuk membantu industri nasional.
"Jawaban Pak Joko meyakinkan kita bahwa berbagai kerja sama perdagangan yang diikuti Indonesia, ACFTA, MEA dan sebagainya, tidak perlu lagi dijadikan polemik, tapi harus dihadapi agar Indonesia dapat memperoleh manfaat berupa surplus perdagangan. Pemerintah memang perlu berfokus untuk meningkatkan daya saing industri nasional," kata dia.
Franky mengatakan, perdagangan internasional memang sempat menjadi masalah ketika mulai diberlakukannya kerja sama perdagangan ASEAN-Tiongkok (ACFTA) awal 2010.
"Kalangan industri nasional menjerit terhadap serbuan produk Tiongkok yang deras menerpa Indonesia, tanpa dapat disaingi oleh industri nasional," kata dia.
Seperti diketahui, dalam debat capres tentang politik internasional dan ketahanan nasional oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), yang dimoderatori Guru Besar Hukum Internasional UI, Hikmahanto Juwana, Joko Widodo mendapat pertanyaan dari Prabowo tentang nilai positif dan negatif Indonesia masuk dalam organisasi perdagangan dunia atau WTO.
Joko Widodo menjawab, permasalahan utama terkait keikutsertaan Indonesia dalam WTO adalah daya saing produk Indonesia yang lemah dan kurang kompetitif.
Klik disini untuk lihat lebih banyak