04/06/14
Awal Ramadan, Antara NU dan Muhammadiyah Ada Perberbedaan
Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur akan menggelar rukyatul hilal atau melihat anak bulan untuk menentukan awal puasa 1435 Hijriah atau bulan Ramadan tahun ini. Rukyatul hilal rencananya digelar di 12 titik pengamatan secara bersamaan, Jumat (27/6/2014) mendatang.
Titik pengamatan rukyatul hilal itu masing-masing, Tanjung Kodok Lamongan, Bukit Condro Dipo Gresik, Pantai Ambet Pamekasan, Pantai Gebang Bangkalan, Pantai Nambangan Surabaya, Pantai Bentar Blitar, Pantai Awar-awar Tuban, Pantai Ngliyep Malang, Pantai Nyamplong Jember, Pantai Kalbut Situbondo, Pantai Gili Ketapang Probolinggo, dan Srau Pacitan. Koordinator Tim Rukyatul Hilal PWNU Jawa Timur, KH Sholeh Hayat mengatakan, rukyatul hilal di 12 titik tersebut akan digelar setelah matahari terbenam (bakdal ghurub).
“Itu sesuai perintah Rosulullah SAW, bahwa melihat hilal hanya dapat dilakukan setelah maghrib dan tidak bisa sebelum maghrib," ujarnya, Senin (2/6/2014).
Menurut Sholeh, hasil melihat anak bulan melalui rukyatul hilal dipastikan lebih maksimal. Pasalnya di beberapa titik pengamatan, seperti Tanujung Kodok Lamongan dan Bukit Condro Dipo Gresik, dan Pantai Ambet Pamekasan, petugas sudah dilengkapi dengan teropong yang canggih.
“Itu lebih memudahkan untuk menentukan awal puasa,” jelasnya.
Meski rukyatul hilal baru digelar 27 Juni nanti, Sholeh yang juga Anggota Komisi A DPRD Jatim ini memperkirakan bahwa awal Ramadan tahun ini akan jatuh pada hari Minggu, tanggal 29 Juni 2014. Karena ijtimak konjungsi antara bulan dan matahari akan terjadi pada pukul 15.10 WIB, hari Jumat (27/5/2014) dengan posisi hilal di 0,085 derajat.
Itu berarti, kemungkinan hilal bisa terlihat sangat sulit.
“Karena hilal sulit dilihat, maka bulan syaban akan diistikmalkan atau digenapkan menjadi 30 hari. Sehingga bulan puasa baru akan dimulai pada tanggal 29 Juni 2014," tegas Sholeh.
Sementara, Pengurus Pusat Muhammadiyah telah menetapkan awal Ramadan 2014 jatuh pada hari Jumat 28 Juni 2014.
Dasarnya, penghitungan ilmiah dan menurut Hisab Hakiki dengan kriteria wujudul hilal. Ini berarti, pelaksanaan awal puasa antara Muhammadiyah dengan NU kemungkinan akan berbeda.
“Meski awal Ramadhan akan berbeda, tapi Lebaran (insyaallah) bareng," terang Sekretaris Pengurus Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Nadjib Hamid. (tribunnews)
Klik Arsip