Perlakuan istimewa yang diterima putra bungsu Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Rasyid Rajasa merupakan cermin kebobrokan penegakan hukum di Indonesia. Hal tersebut diungkapkan anggota Komisi III DPR RI Buchori di Gedung DPR, Senayan, Jakarta.
“Penegak hukum harus adil. Semua orang di depan hukum sama, equality before the law, itu prinsip penegakkan hukum. Kalau sampai ada keistimewaan, penegak hukum telah berkhianat kepada negara, kaitan dengan apakah yang bersangkutan itu kemudian masih main-main sana-sini itu jadi preseden buruk,” kata Buchori.
Menurut Buchori, tindakan Rasyid justru mencoreng nama baik Hatta Rajasa selama ini. Buchori akan meminta agar penegak hukum dapat melakukan kewenangannya dalam melakukan penegakan hukum terhadap anak pejabat sekalipun.
“Karena kalau orang biasa pasti ada di dalam tahanan. Karena anak pejabat diistimewakan. Yang ternodai adalah orang tuanya. karena itu saya mengimbau kepada para penegak hukum hendaknya empati,” tambahnya.
Akibat persoalan ini, sebagai anggota Komisi III dia berjanji akan mempertanyakan hal ini kepada penegak hukum.
“Tentu sebagai komisi III DPR kami pertanyakan kepada penegak hukum kenapa ada pengistimewaan kepada hukum. Ini jelas ada diskriminasi,” tutur dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, akhir pekan lalu, Rasyid Rajasa melepas penat dengan jalan-jalan meski menyandang status terdakwa. Anak Menko Perekonomian Hatta Rajasa itu nonton acara pagelaran wayang kulit yang digelar di pelataran kompleks Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu malam.
Dia menemani ayahnya yang malam itu datang bersama ibunya ke acara tersebut. Hadir juga pendiri PAN Amien Rais, Menhut Zulkifli Hasan, Mendikbud M Nuh.
Dari Magelang, Rasyid kembali ke Jakarta. Semalam, Rasyid juga beraktivitas seperti biasa layaknya orang yang tidak sedang terkena kasus hukum. Rasyid bersama temannya bermain futsal di bilangan Fatmawati, Jakarta Selatan.
-Media Baca Hiburan Online-