13/05/14

Berlian: Tanda Cinta Sepanjang Zaman

Berlian: Tanda Cinta Sepanjang Zaman
''Abadikan cinta Anda dengan cincin kawin Berlian,'' demikian slogan sebuah iklan. Tak mengherankan, sebagian calon mempelai, merasa kurang percaya diri, bila pernikahannya tanpa memberikan cincin berlian terhadap pasangannya. Sejak kapan berlian menjadi aksesoris bagi pertunangan maupun pernikahan? Terlepas dari kejituan iklan tersebut, berlian memang telah mendapat tempat terhormat, sejak zaman Romawi kuno.

Orang Romawi di masa itu sangat mempercayai hubungan berlian, cinta, dan kisah kasih. Mereka yakin, berlian dapat mengungkapkan sentuhan rasa terdalam dari manusia yaitu hati. Dengan kekuatan pesona berlian yang ditemukan pertamakali di India pada 800 sebelum masehi ini, dapat mengikat hati kekasih. Mengapa mereka menganggap berlian memiliki pesona penyatuan? Penyebabnya, bentuk asli berlian yang bersegi delapan, tampak seperti dua piramid yang kedua dasarnya saling menyatu (pada saat itu belum dapat dipisahkan). Mereka percaya, bentuk asli berlian ini sebagai simbol alami dari dua hati dan melambangkan cinta abadi.

Inilah yang membuat orang Romawi kuno menjadikan berlian sebagai cincin kawin. Cincin kawin berlian ini pertamakali digunakan pada perkawinan bangsawan, Constanza Sforza dan Caamilla d'Arigona di Pesaro, Italia, pada 1475. Perayaan perkawinan ini diabadikan di dalam seri ilustrasi yang ditemukan di sebuah manuskrip. Kini manuskrip ini tersimpan rapi di Museum Vatikan. Ilustrasi itu menggambarkan dewa perkawinan mengenakan jubah berhiaskan cincin berlian yang mempersatukan dua obor yang menyala. Para pasangan bangsawan percaya, api berlian dapat mempersatukan hati mereka! Cincin kawin berlian tidak hanya digunakan oleh para bangsawan, tapi juga rakyat biasa. Pada abad 17, sebagai rakyat biasa, Agnes Sorel mematahkan tradisi sebelumnya. Agnes mempersembahkan cincin kawin berlian pada hari perkawinannya. Satu abad kemudian, ketika berlian ditemukan di Brazil, semakin banyak wanita mengenakan cincin kawin berlian sebagai ikatan cinta mereka.

Sejak 1919, Marcel Tolkowsky menemukan irisan berlian bundar dengan 58 faset (permukaan). Desain perhiasan cincin kawin berlian pun dirancang lebih sederhana, seperti ikatan Tiffany. Ikatannya menggunakan 6 cakar. Desain ini memberi kebebasan bagi cahaya untuk masuk dari setiap sisi, sehingga berlian itu nampak lebih bersinar lagi. Kini, ikatan-ikatan itu, semakin banyak macamnya. Misalnya, ikatan bezel, yaitu berlian ditanam di dalam cincinnya dan bagian luarnya dilapisi logam. Ikatan ini membuat cincin tersebut memiliki permukaan yang halus, seperti harapan memiliki perkawinan yang mulus. Ada juga ikatan channel, yaitu beberapa baris berlian atau sekumpulan berlian disusun sepanjang logamnya. Pada abad 20, tepatnya tahun 1981, ditemukan ikatan Niessing. Nama ikatan ini dinisbahkan kepada penemunya Niessing dari Jerman. Pada ikatan ini, berliannya disokong oleh kedua ujung logam menggunaka metode penjepit.

Pada abad 20 ini, karena menerima banyak hadiah berlian indah dari kekasih sejatinya Richard Burton, Elizabeth Taylor disebut sebagai Sang Wanita Berlian. Di antaranya, ia mendapat hadiah cincin berlian Krupp yang diserahkan Richard pada 1968. Meski berasal dari tradisi di Barat, orang Asia pun meniru mengabadikan cinta dengan cincin berlian. Namun demikian, di beberapa negara Asia Tenggara, seperti Indonesia dan Filipina, cincin kawin berlian kembar telah lama digunakan oleh para pasangan yang bakal menikah. Dalam sebuah penelitian yang diprakarsai oleh Diamond Information Center Indonesia, disebutkan bahwa para responden percaya jika cincin kawin berlian mereka tidak sama, maka hubungan mereka bisa putus, dan begitu sebaliknya. Jika cincin kawin berlian itu berbeda berarti mereka akan menuju ke masa depan yang berbeda pula arahnya. Hingga kini, para pasangan tersebut, masih menggantungkan kepercayaan keabadian cintanya dengan cincin kawin berlian. Betulkah demikian? Waktu juga, agaknya, yang menguji cinta mereka.



-Media Baca Hiburan Online-

Terkini