Dari sekumpulan ayat al-Qur’an dan beberapa penjelasan Taurat dalam hal ini serta bukti-bukti sejarah dapat disimpulkan bahwa kelompok ini hidup pada daerah Asia Utara. Dengan adanya invasi liar dari kelompok ini ke daerah-daerah Selatan dan Barat, mereka banyak menimbulkan bencana. Dengan tertutupnya tanggul Dzulqarnain serangan mereka terhenti untuk beberapa lama tetapi pada akhirnya tanggul tersebut akan terbuka kembali. Sebagian berpendapat bahwa kembalinya mereka adalah karena serangan bangsa Mongol. Sebagian yang lain menyebutkan kembalinya mereka adalah hidupnya mereka kembali di akhir zaman yang hingga kini belum terjadi.
Sumber utama informasi terkait dengan Ya’juj dan Ma’juj (Gog and Magog)
adalah al-Qur’an dan kitab Perjanjian Lama juga menyinggung ihwal kaum
ini. Para penafsir dan sejarawan dengan memanfaatkan dua sumber utama
ini dan mengkaji bukti-bukti sejarah mereka sampai pada beberapa asumsi
terkait dengan kaum atau kaum-kaum ini.
Pada dua tempat Al-Qur’an menyebutkan Ya’juj dan Ma’juj, Hingga tatkala dia (Dzulqarnain) telah
sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit
itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan (dan mereka
memiliki bahasa khusus). Mereka
berkata, “Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya’jûj dan Ma’jûj itu
orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi. Maka mungkinkah kami
menyediakan biaya untukmu supaya kamu membuat dinding penghalang antara kami dan mereka?” (QS.
Al-Kahf [18]:93&94) Setelah al-Qur’an menjelaskan tentang bagaimana
tembok ini dibuat kemudian sebagai kelanjutannya menyatakan, Akhirnya
dia membuat sebuah tembok yang kokoh sehingga) mereka (Ya’jûj dan
Ma’jûj) tidak bisa mendakinya dan tidak bisa (pula) melubanginya.” (QS.
Al-Kahf [18]:97) Dari ayat ini dapat disimpulkan bahwa Ya’juj dan
Ma’juj adalah sebuah kelompok tiran. Tirani dan kezaliman mereka
berakhir seiring dengan dibangunnya Tembok Kaukasia (Caucasian Wall) yang dibangun oleh Dzulqarnain di antara dua gunung.
Pada ayat lainnya Al-Qur’an menandaskan, Hingga apabila dibukakan Ya’jûj dan Ma’jûj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan kedatangan janji yang benar (kiamat) telah dekat…” (QS.
Al-Anbiya [21]:96-97) Ayat ini menubuatkan bahwa pada akhir zaman
Ya’juj dan Ma’juj akan turun dengan cepat dari tempat-tempat ketinggian.
Apa yang dapat dipahami dari kaum ini terbatas dengan beberapa ayat
al-Qur’an ini.
Namun pada kitab-kitab Perjanjian Lama (Old Testament) terdapat beberapa matlab terkait dengan masalah ini; dalam kitab Kejadian,Yehezkiel,dan sebagainya disebutkan beberapa hal yang menunjukkan bahwa Ma’juj
atau Juj dan Ma’juj adalah satu umat atau beberapa umat yang tinggal di
Asia Timur dan menghabiskan waktunya dengan berperang, menebar fitnah
dan merampok.
Selain ayat-ayat pasti al-Qur’an dan teks-teks Taurat (Perjanjian Lama) yang menyebutkan kaum ini, terdapat beberapa hal yang disebutkan oleh para sejarawan dan penafsir seluruhnya merupakan bukti-bukti sejarah dan tidak bersandar pada sandaran yang definitif.
Selain ayat-ayat pasti al-Qur’an dan teks-teks Taurat (Perjanjian Lama) yang menyebutkan kaum ini, terdapat beberapa hal yang disebutkan oleh para sejarawan dan penafsir seluruhnya merupakan bukti-bukti sejarah dan tidak bersandar pada sandaran yang definitif.
Allamah Thabathabai dalam tafsir al-Mizân
menuturkan, “Para penafsir dan sejarawan dalam pembahasan terkait
dengan kisah ini mereka sangat teliti dan banyak menelusuri. Mereka
banyak bercerita tentang hal ini dan memandang bahwa Ya’juj dan Ma’juj
adalah sebuah umat yang sangat besar yang hidup di Asia Timur.”
Sebagian
lainnya berkata, “Ya’juj dan Ma’juj merupakan sebuah umat yang tinggal
di belahan Timur Asia dan daerah-daerah mereka terbentang semenjak
Tibet, Cina hingga Samudra Arktik, dan dari Barat hingga belahan bumi
Turki. Ucapan ini dikutip dari Fâkihat al-Khulâfah dan Tahdzib al-Akhlâq karya Ibnu Miskawaih serta Rasâil Ikhwân al-Shafâ.
Dalam kitab Ma’âd Syinâsi-nya
Allamah Husaini Tehrani mencocokkan asli kalimat Ya’juj dan Ma’juj
dengan nukilan-nukilan yang ada tentang mereka. Dalam kitab tersebut,
Allamah Husaini Tehrani menyimpulkan, “Aslinya dua kalimat China ini, “Mungug” atau “Muncug” dan tranliterasinya dalam bahasa Ibrani dan Arab menjadi “Ya’juj” dan “Ma’juj.” Dalam bahasa Yunani berubah menjadi “Gog” dan “Magog.” Karena ada kemiripan “Magog” dan “Munggug” maka dapat dihukumi bahwa kalimat ini mengalami perkembangan dalam bahasa Cina “Munggug.” Sebagaimana “Mongol” dan “Mogol” merupakan perkembangan dari kalimat tersebut.
Karena
itu, Ya’juj dan Ma’juj adalah suku Mongol yang bermukim di Timur Laut
Asia semenjak masa lampau dan komunitas besar ini terkadang melakukan
invasi ke wilayah Cina dan terkadang menyerang Armenia dan Iran Utara
melalui Daryal Kaukakus, dan terkadang setelah berdirinya Tembok
Kaukakus (Wall of Dzulqarnain) mereka menyerang ke Eropa Utara
dan dikenal sebagai “Syth” di kalangan mereka. Sekelompok dari mereka
menyerang Roma dan akibatnya pemerintahan Roma jatuh dan orang-orang
Yunani menyebutnya sebagai “Scythians” dan nama ini disebutkan dalam
prasasti Darius.
Dalam
al-Qur’an tidak disebutkan secara lugas dan tegas ihwal kehancuran
mereka melainkan apa yang dapat disimpulkan dari al-Qur’an bahwa dengan
tertutupnya Tembok Kaukasia, maka jalan mereka untuk merampok dan
menjarah tertutup. Adapun terkait dengan apakah mereka sekarang masih
hidup, kita tidak dapat menyimpulkannya dari ayat dan riwayat, melainkan
berdasarkan kesimpulan Ibnu Abbas dari ayat 96 surah al-Anbiya bahwa
mereka telah mati. Lantaran menurut Ibnu Abbas, redaksi “ha-da-bin” yang bermakna tempat ketinggian telah dibaca “ja-da-tsin”
yang bermakna kuburan. Dalam hal ini, makna ayat 96 surah al-Anbiya
seperti ini: “Sehingga kaum Ya’juj dan Ma’juj dengan cepat keluar dari
kuburan mereka.”
Pada
sebagian riwayat juga dalam menafsirkan ayat ini disebutkan bahwa pada
akhir zaman, Ya’juj dan Ma’juj kembali akan memasuki dunia yang hal ini dengan sendirinya menunjukkan bahwa mereka sekarang ini tidak berada di dunia dan akan kembali di masa mendatang.
Akan
tetapi, penyerangan mereka kembali juga menjadi bahan perbincangan dan
perdebatan para alim. Sebagian periset, berita al-Qur’an yang mewartakan
bahwa, “Pada akhir zaman Ya’juj dan Ma’juj akan keluar dan membuat
kerusakan di muka bumi,” mencocokkan serangan bangsa Mongol atas Asia
Barat pada medio pertama abad ketujuh Hijriah, lantaran tatkala mereka
keluar, sedemikian mereka menumpahkan darah, membuat onar, kerusakan,
menghancurkan kota-kota dan membunuh secara massal, merusak kota-kota,
menjarah harta benda umum sehingga sejarah kemanusian tidak pernah
melihat bandingannya. Mereka menaklukkan Cina, Turki, Iran, Irak, Suriah
dan Kaukasus hingga Asia Minor dan setiap kota dan laut yang bertempur
melawan mereka akan hancur dan penduduknya akan binasa.”
Di
hadapan sebagian peneliti ini, dapat disebutkan bahwa apabila Ya’juj
dan Ma’juj, setelah tertutupnya Tembok Kaukakus, telah mati semenjak
lampau dan di masa datang akan kembali ke dunia, maka tentu saja Ya’juj
dan Ma’juj ini bukanlah bangsa Mongol karena keluarnya mereka dari
kuburan tidak dapat dibenarkan.
Pada
akhirnya harus dikatakan bahwa apa yang telah disebutkan di atas adalah
beberapa kemungkinan yang tidak dapat diyakini dan kita harus
mencukupkan diri dengan seluruh kepastian yang disebutkan dalam
al-Qur’an.http://www.islamquest.net/id/archive/question/fa2699
